memphisgundown.org – Mobil double cabin, seperti Toyota Hilux, Isuzu D-Max, dan Mitsubishi Triton, umumnya digunakan dalam sektor pertambangan dan perkebunan. Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya produksi lokal untuk jenis mobil ini.
Beberapa pabrikan telah merespons permintaan pemerintah. Secara teknis, mereka siap untuk melokalisasi produksi double cabin, yang saat ini masih diimpor secara utuh dari Thailand.
Irwan Kuncoro, Direktur Sales dan Marketing PT MMKSI, menyatakan, “Secara teknis, produksi lokal mungkin bisa dilakukan karena kita memiliki pabrik. Namun, semua harus melalui studi kelayakan terlebih dahulu.”
Dia juga menambahkan, “Jika ada desakan dari pemerintah, kami akan serius merakit double cabin di Indonesia.”
Di Indonesia, mobil double cabin memiliki pasar tersendiri, dengan peminat dari industri tambang dan perkebunan. Meskipun termasuk dalam kategori kendaraan komersial ringan, pemiliknya harus melakukan uji KIR (Keselamatan dan Inspeksi Kendaraan) karena mayoritas digunakan untuk kebutuhan niaga dengan bak terbuka.
Berbeda dengan mobil pribadi, mobil double cabin wajib melalui uji KIR walaupun digunakan untuk keperluan pribadi.
Pasar otomotif Indonesia mencapai satu jutaan unit, namun mobil double cabin hanya laku belasan ribu unit per tahun. Ini berbeda dengan Thailand, di mana mobil double cabin sangat populer.
Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmi, menyatakan setuju untuk melokalisasi produksi, tetapi pemerintah harus realistis mengingat Indonesia lebih banyak menggunakan mobil 3-row seater.
Attias Asril, Business Operation & Strategy Division Head PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), menekankan pentingnya kebijakan pemerintah yang tepat untuk menekan harga jual.
Data retail penjualan double cabin selama 2023 menunjukkan penjualan double cabin 4×4 mencapai 25.072 unit, dengan Toyota Hilux mendominasi pasar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyatakan bahwa pasar double cabin di Indonesia memiliki potensi untuk lebih berkembang dan menganjurkan pabrikan untuk memindahkan produksi ke Indonesia, karena pasar di sini lebih menjanjikan jangka panjang dibandingkan Thailand.