Kita hidup di zaman di mana “punya rencana lima tahun ke depan” dianggap sebagai standar kesuksesan. Mulai dari sesi wawancara kerja sampai obrolan santai di kafe, pertanyaan klasik kayak, “Lima tahun lagi kamu mau jadi apa?” udah kayak menu wajib. Tapi, mari jujur aja—apa iya semua orang harus punya rencana lima tahun ke depan?
Spoiler: Nggak juga.
Hidup Nggak Selalu Sesuai Rencana
Pertama-tama, kita semua tahu hidup itu unpredictable banget. Bisa aja hari ini kita ngidam jadi pebisnis sukses, tapi minggu depan malah jatuh cinta sama dunia seni lukis. Atau mungkin, kita punya rencana matang buat naik jabatan di kantor, tapi tiba-tiba perusahaan merger dan kita harus mulai dari nol lagi. Life happens, dan kadang dia nggak sopan—nggak minta izin dulu buat ngacak-ngacak rencana kita.
Jadi, kalau kita terlalu kaku sama rencana jangka panjang, bisa-bisa malah jadi stres sendiri saat kenyataan nggak sesuai ekspektasi. Padahal, fleksibilitas dan kemampuan adaptasi justru sering jadi kunci buat bertahan dan berkembang.
Fokus ke Proses, Bukan Deadline
Banyak orang jadi ngerasa gagal karena mereka membandingkan dirinya dengan “timeline ideal” versi masyarakat. Umur 25 harus udah punya pekerjaan tetap, umur 30 udah nikah, umur 35 punya rumah. Padahal hidup bukan lomba lari estafet yang punya checkpoint setiap lima tahun. Setiap orang punya ritme dan jalannya sendiri.
Kadang, lebih sehat kalau kita fokus ke proses: berkembang sebagai individu, belajar hal baru, dan membangun kebiasaan baik. Nggak perlu buru-buru bikin peta lima tahun ke depan kalau hari ini aja kita belum tahu arah mata angin hidup kita ke mana.
Nggak Semua Orang Tipe Planner
Ada orang yang emang nyaman dengan rencana detail dan langkah-langkah pasti. Mereka senang punya target, to-do list panjang, dan milestone setiap bulan. Tapi, ada juga yang lebih thrive saat dikasih ruang buat eksplorasi dan spontanitas. Dan itu sah-sah aja.
Kamu nggak harus memaksakan diri jadi tipe A hanya karena semua orang di sekitarmu tampak punya “arah hidup”. Bisa jadi kamu justru menemukan jalur terbaikmu saat kamu membiarkan hidup berjalan lebih natural dan kamu cukup terbuka buat kesempatan yang datang.
Tujuan Bisa Berubah, dan Itu Normal
Mungkin lima tahun lalu kamu pengen banget kerja di dunia perbankan. Tapi sekarang kamu lagi menikmati karier sebagai content creator. Apakah itu berarti rencana lima tahunmu gagal? Nggak juga. Itu artinya kamu tumbuh. Kamu berubah. Dan itu bagian dari proses menjadi manusia.
Yang penting bukan sekadar punya rencana, tapi punya kepekaan buat tahu kapan harus ngikutin arah, dan kapan harus putar balik. Kadang kita terlalu terpaku sama peta, padahal jalan pintas yang lebih seru bisa jadi ada di tikungan yang kita hindari.
Hidup Itu Tentang Hari Ini
Rencana jangka panjang memang bisa bantu kita punya arah. Tapi bukan berarti hidup harus dikendalikan sepenuhnya oleh masa depan. Kalau terlalu sibuk mikirin lima tahun ke depan, bisa-bisa kita lupa menikmati kopi pagi, ketawa bareng temen, atau pelajaran penting dari kegagalan hari ini.
Nggak salah kok kalau kamu belum punya visi besar. Nggak semua orang harus punya blueprint hidup lima tahun ke depan. Kadang yang kamu butuhkan cuma keberanian buat bilang, “Hari ini gue mau mencoba yang terbaik,” dan itu udah cukup keren.
Jadi, kalau kamu termasuk yang belum punya rencana lima tahun, santai aja. Dunia ini cukup luas buat kita semua belajar, tumbuh, dan berubah—dengan atau tanpa rencana panjang. Yang penting, kamu jalan terus. Pelan-pelan juga nggak apa-apa.
Kamu tim planner atau tim spontan nih?